Pada suatu hari ada sebuah pertandingan futsal antar sekolah se-Kabupaten. Dan yang menempati babak final ialah SMP ternama di Kabupaten, yaitu SMP Bumi Raya dan SMP Maha Raja. SMP Bumi Raya mempercayai geng ‘gonk’ untuk berpartisipasi kedalam pertandingan tersebut. Sementara SMP Maha Raja mempercayai salah satu geng yang sering menjuarai lomba futsal dimanapun, yakni geng ‘kink’.
Dua hari sebelum pertandingan, geng ‘gonk’ berencana agar dapat mengalahkan SMP Maha Raja.
Anthony : “Woy, sob! Gimana ini persiapan untuk pertandingan besok.”
Peno : “Tenang saja!”
Anthony : “Gimana bisa tenang kalu tidak ada persiapan sama sekali.” (sedikit kesal)
Tholib : “Aku punya ide untuk pertandingan futsal besok.”
Anthony dan Peno : “Apa?” (dengan kompaknya mereka)
Tholib : “Gimana kalau kita main dukun saja!”
Anthony : “Okelah kalu begitu.”
Peno : “Janganlah! Nanti berdosa kau.”
Tholib : Halah, Diam kau! (dengan suara yang menggelegar)
Akhirnya peno terdiam karena dimarahi oleh Tholib. Sementara Anthony terbahak-bahak melihat Peno yang sedang dimarahi.
Keesokkan harinya setelah pulang sekolah geng ‘gonk’ akhirnya pergi kedukun untuk memenangkan pertandingan tersebut.
Anthony : “Permisi mbah.” (sedikit ketakutan)
Peno : “Awas ada setan didepanmu!”
Dan tiba-tiba pintu dari rumah tersebut terbuka sendiri. Anthony pun terkejut dan ketakutan dengan suara itu. Dengan ketakutan itu ia memberanikan diri untuk masuk rumah tersebut duluan.
Ki Joko : “Silahkan masuk!”
Anthony, Tholib dan Peno : “Baik, Mbah.”
Ki Joko : “Ada apa kalian datang kemari.”
Tholib : “Begini mbah, saya datang kemari dengan maksud.......”
Ki Joko : (memotong pembicaraan Tholib) “Saya mengerti yang kalian maksud. Jangan panggil
saya mbah!”
Peno : “Dipanggil oleh Yang Maha Kuasa ta?”
Anthony : “Hussttttt…” (dengan muka sok pendiam)
Ki Joko : “Panggil saya Ki Joko, Ki Joko Koplak. Masak dipanggil eke.”
Peno : “Wahahahaha…” (tertawa tiada hentinya)
Anthony dan Tholib : (sedikit tertawa, hanya sedikit kelihatan giginya)
Ki Joko : “Disini yang kalian maksud akan terlaksana asal ada fulusnya.”
Anthony : “Baik ki, berapapun saya akan bayar.” (dengan muka sok kaya)
Ki Joko : “Okelah kalau begitu.”
Kemudian mereka pergi meninggalkan rumah mewah tetapi sangat sepi dan sunyi. Hanya ada Ki Joko Koplak yang tinggal dirumah tersebut.
Keesokkan harinya, hari ini adalah hari pertandingannya. Mental mereka masih belum siap untuk bertanding. Akibat dari ketidaksiapan mereka, akhirnya mereka kalah dengan skor 3-0. Yang unggul ialah SMP Maha Raja yg tetap mempertahankan kejuaraannya selama tujuh tahun berturut-turut. Mereka kesal dengan ucapan Ki Joko Koplak kemarin yang tidak ada hasil sama sekali.
Akhirnya mereka mendatangi kediaman Ki Joko Koplak. Pintu-pintu mereka dobarak. Dan mereka menemui Ki Joko Koplak.
Tholib : “Hey, Ki!! Buktikan omonganmu!”
Ki Joko : “Oke-oke, baiklah. Apabila kamu berlatih sungguh-sungguh. Kalian pasti menang.”
Peno : “Menang dari Hongkong. Kembalikan uang kami!”
Ki Joko : “Barangsiapa sudah ngasih uang ke Ki Joko, uang tak mungkin kembali.”
Tholib tanpa basa-basi, ia langsung menghajar Ki Joko Koplak sampai babak belur. Anthony terlambat untuk melerai pertengkaran tersebut. Sementara Peno terdiam dan kebingungan untuk cara menyelesaikan masalah ini. Akhirnya Ki Joko Koplak terbunuh oleh kerisnya sendiri, yang ditancapkan oleh Tholib. Dan Ki Joko Koplak berpesan kepada mereka bertiga :
“Aku akan mengikuti kalian kemana kalian pergi. Aku akan membunuh kalian satu per satu. Keris ini yang menancap di perutku, itu adalah cara untuk mengalahkanku, dan hanya orang tertentu yang dapat mengalahkanku.”
Tiga minggu kemudian, arwah Ki Joko Koplak menjadi gentayangan. Keesokkan harinya geng ‘gonk’ berniat bertemu disalah satu Pos Kamling desa. Tholib yang datang duluan di Pos Kamling, ternyata Anthony lupa akan janji tersebut. Dan Peno ada urusan mendadak, yang nantinya akan menemui Tholib secepatnya.
Berkali-kali Tholib menelpon Peno, tetapi dihiraukan oleh Peno. Setelah beberapa menit kemudian, Tholib menelpon lagi Peno. Akhirnya teleponnya diangkat oleh peno.
Tholib : “Woy, lama amat kamu.”
Peno :“Sory-sory bro! aku tadi ada urusan mendadak. Tapi sekarang aku masih dalam
perjalanan.”
Tholib : “Ya sudahlah, cepetan ya bro!”
Peno : “Oke-oke.”
Udara disekitar sangat dingin dan sunyi. Tholib tiba-tiba merinding. Tholib melihat bayangan putih yang melintas didepannya. Tholib terkejut dan segera pergi. Namun bayangan tersebut terus mengikutinya. Thalib terus berlari tanpa tersadar ia tersandung batu. Bayangan putih tersebut ialah arwah Ki Joko Koplak. Setelah arwah Ki Joko Koplak tahu bahwa Tholib tersandung batu, arwah Ki Joko Koplak mengambil keris yang tertancap diperutnya kemudian ditancapkan kepada Tholib. Tholib meninggal dengan seketika. Tak lama kemudian Penopun datang untuk menemui Tholib. Peno langsung terkejut melihat Tholib tergeletak tak berdaya di jalan itu.
Peno : “Ya ampun, Tholib kamu kenapa?”
Tholib hanya diam tak berdaya lagi. Penopun seketika menelpon Anthony yang lupa akan janjinya tersebut.
Peno : “Woy, Tholib sudah tiada.”
Anthony : “Lho? (dengan terkejut). Lha kemana dia?” (kebingungan)
Peno : “Dipanggil Yang Maha Kuasa.”
Anthony : “Untuk apa dipanggil??? (heran)
Peno : “Haduuuhhh!!!! (sedikit kesal). Kok bisa aku punya temen bodoh sepertimu, dasar o’on.
Dia sudah meninggal!!”
Anthonypun shok atas pemberitahuan Peno atas meninggalnya Tholib. Anthony kemudian menemui Peno dan Tholib. Dan pada malam itu juga Tholib langsung dikubur oleh keluarganya.
Hari kemudian, mereka berdua berkumpul diWarung Pojok. Mereka membicarakan tentang kematian Tholib yang misterius dan tidak ada yang mengetahui kejadian tersebut.
Kemudian mereka memesan makanan kepada penjual di Warung Pojok. Anthony heran dengan penjualnya, biasanya dia ramah dengan mereka berdua, tetapi ia murung dan misterius.
Tak beberapa lama, perut penopun sakit. Dia izin pulang dulu, karena perutnya mulas.
Peno : “Aduuhhh.. (sambil memegang perutnya). Kenapa dengan perut ini ya? Padahal belum
sempat makan, sudah sakit perut. (sedikit jengkel dengan perutnya)
Anthony : “Wesss, sana pulang!! Keburu keluar disini lagi.”
Peno : “Aku pulang dulu ya??”
Ditengah jalan peno terkejut dengan bendera kuning yang melambai-lambai diatas pohon. Diseberang jalan ia bertemu dengan salah satu musuhnya yaitu Richi.
Peno : “Hey Richi, siapa yangb meninggal?”
Richi : “Yang meninggal Pak Budiman pemilik Warung Pojok.”
Peno : “Oalah.. (dengan santai ia menjawab). Hhaaaa.. pemilik Warung Pojok??? (dia tiba-tiba
shok dan terkejut). Kapan beliau meninggalnya?
Richi : “Kemarin malem.”
Peno : “Sebabnya apa? Beliau sakit ta? Padahal dua hari yang lalu, aku habis dari situ lagi.”
Richi : “Katanya orang, beliau meninggal karena dibunuh arwah Ki Joko Koplak. Karena beliau
pernah datang ke rumah dia untuk main pesugihan, tetapi malah beliau tambah miskin.
Akhirnya beliau menghajar Ki Joko Koplak sampai masuk Rumah Sakit.”
Peno : “Lho??? Siapa yang jualan di Warung Pojok tadi ya?”
Richi : “Kenapa Pen??”
Peno : “Tidak kenapa-napa. Aku duluan ya?”
Dengan seketika Penopun terkejut atas pemberitahuan dari Richi. Sampai-sampai mulasnya hilang begitu saja. Penopun berbalik badan menuju Warung Pojok tadi. Ia seketika dikagetkan lagi melihat Anthony yang sedang tergeletak dan tertancapnya keris diperutnya. Dan disebelah Anthony ada bayangan putih, bayangan tersebut ialah Ki Joko Koplak. Bayangan tersebut tiba-tiba mengambil keris yang ada diperutnya Anthony, kemudian ditancapkan lagi diperutnya kembali. Dengan seketikapun Peno langsung berteriak-teriak minta tolong kepada orang yang disekitarnya dan bayangan tersebut seketika hilang.
Tiba-tiba geng ‘king’ terkejut dengan suara Peno yang berteriak-teriak.
Richi : “Ada apa Pen?”
Peno : “Aaa..Anthony meninggal karena dibunuh.”
Erick : “Dibunuh siapa?”
Peno : “Dibunuh Ki Joko Koplak.”
Erwin : “What? Siapa itu?”
Peno : “Ceritanya panjang. Nanti saja ceritanya, sekarang kalian tolongi mayat Anthony untuk
dibawa pulang.”
Mereka pun membawa mayat Anthony pulung ke rumahnya. Dan akhirnya Penopun menceritakan semua apa yang telah terjadi.
Mereka berempat menjadi akur dean tidak ada perselisihan. Dan mereka berunding agar arwah Ki Joko Koplak tenang dan tidak mengganggu lagi.
Peno : “Hey, gimana ini menyelesaikan dendam Ki Joko Koplak?”
Erwin : “Ehmm… Gimana yah?”
Erick : “Nah, aku punya ide!!”
Richi : “Apaan?”
Erick : “Begini, kita panggil saja paranormal untuk menghentikan terror Ki Joko Koplak.”
Peno : “Yah sudahlah, kalau aku setuju saja. Yang penting aku selamat.”
Erwin : “Aku punya kenalan paranormal yang handal yaitu mbak Ijah. Dulu dia pernah melawan
kuntilanak.”
Richi : “Woww, hebat benar itu orang!!!”
Erick : “Mungkin dia keturunan dukun.”
Peno : “Ya mungkin kali.”
Erwin pun langsung menelepon mbak Ijah.
Erwin : “Hallo, ini mbak Ijah ta?”
Mbak Ijah : “Iya, dengan siapa ya ?”
Erwin : “Ini Erwin mbak ? aku minta tolong ke mbak!!”
Mbak ijah : “Ouhh…Erwin toh! Minta tolong apa?”
Erwin : “Ini mbak, temenku selalu diteror oleh arwah seorang dukun.”
Mbak Ijah : “Ouhh…nanti temuin mbak dirumahnya mbak Ijah ya?”
Erwin : “yaps…”
Hari berikutnya, geng ‘Kink’ dan Peno mendatangi kediaman mbak Ijah. Peno menceritakan kejadian tersebut. Akhirnya mbak Ijah dapat membantu.
Malam harinya, mbak Ijah memanggil arwah Ki Joko Koplak. Ia muncul tiba-tiba langsung dibelakang Peno. Peno kemudian ditarik Ki Joko Koplak tanpa sepengetahuan mbak Ijah dan geng ‘Kink’. Erick terkejut tiadanya Peno disampingnya. Kemudian mbak Ijah menyuruh geng ‘Kink’ untuk mencarinya. Akhirnya Peno ditemukan dipinggir sungai bersama arwah Ki Joko Koplak.
Erick : “Jangan kau bunuh Peno!!”
Ki Joko : “Jangan mendekat! Akan kubunuh Peno.”
Mbak Ijah : “Hey kau Ki, apa kurang puas membunuh banyak orang.”
Akhirnya mbak Ijah melawan arwah Ki Joko Koplak untuk mengambil keris yang tertancap di perut Ki Joko Koplak. Mbak Ijah pun kalah. Kemudian Peno pun terbunuh oleh keris Ki Joko Koplak, lalu mayatnya dibuang disungai. Dan dicari oleh Erwin, mayatnya pun tidak ditemukan.
Richi : “Hey Erick!! Kamu kan punya indera ke enam, mungkin kamu bisa mengambil keris milik
Ki Joko Koplak.”
Erick : “Baiklah, tapi bantulah aku, sebab mataku sedikit rabun.”
Richi : “Oke!!”
Kemudian Ki Joko Koplak melawan Erick. Erick pun sangat susah untuk melihatnya karena sedikit rabun matanya. Sermentara tangan kiri Erick mencekik arwah Ki Joko Koplak dan tangan kanan Erick membantu Richi untuk mengambil keris yang tertancap di perut ki Joko Koplak. Akhirnya keris itu dapat diambil dan dibuang disungai oleh Erick dan Richi. Akhirnya arwah Ki Joko Koplak dapat tenang dan tidak meneror lagi.