Pada suatu hari ada anak kembar yang bernama Dino dan Rino. Meskipun kembar tetapi sifat mereka sangat berbeda. Rino yang pendiam, pemalu, lugu dan polos. Sementara itu Dino orangnya periang, ramah, jail dan kocak. Banyak orang yang heran dengan mereka, karena sifat mereka yang berbeda. Mereka juga mempunyai seorang kakak yang jail bernama Farid. Dan juga mempunyai adik yang tomboy bernama Pratiwi. Mereka terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Keluarga mereka ini sangat kocak, karena semuanya pandai bergurau dan menjaili satu sama lain. Termasuk Ayah dan Bundanya.Hari ini adalah hari kelima belas puasa Ramadhan. Adzan Maghrib telah berkumandang, keluarga Pak Rahmad berkumpul di Ruang Makan untuk berbuka puasa.
“Alhamdulillah, adzan sudah berkumandang.” Dengan serempak Dino dan Rino menuju Ruang Makan.
“Ayo makan!” seru Pratiwi sambil berlari mengikuti kedua kakaknya.
“Eitssss… Jangan langsung ngambil saja, berdoa dulu sayang.” Nasehat Bunda sambil mengambil gorengan yang berada ditangan Dino.
Kemudian mereka berdoa bersama-sama, setelah itu makan buka puasa dilanjutkan.
“Makan lagi ah.” Ucap Dino sambil menggigit gorengan.
“Dino, jangan makan dulu. Rosululloh SAW mensunnahkan berbuka dengan minum yang manis dulu. Jangan langsung makan! Sudah gede masih saja belum mengerti.” Ucap Ayah menasehati Dino.
“Iya, Yah. Maaf Dino lupa, hehehe.” Jawab Dino sambil cengengesan.
“Dasar pikun kamu! Masih kecil sudah pikun gimana tuanya, hehehe.” Sahut Farid menyindir Dino.
“Ah, sok tahu kakak nih.” Balas Dino.
“Sok tahukan pangkal pandai, hehe.” Sahut Farid lagi.
“Tahu darimana kakak.” Balas Dino.
“Sudah-sudah. Kalian ini rebut terus setiap hari, memang kalian gak bosen ta?” Ucap Rino sambil memukul meja.
“Lihat tuh Ayah sama Bunda sampai bengong melihat kalian ribut.” Sambil menunjuk Ayah dan Bunda.
“Kapan makannya nih kalau ribut terus!” Ucap Pratiwi.
Setelah itu mereka makan buka puasa. Kemudian mereka sholat Maghrib berjamaah di Ruang Sholat. Lalu mereka kembali ke meja makan, karena Ayah mau mendiskusikan rencana Lebaran ke Kakek dan Nenek.
“Nah, Ayah mau merencanakan Lebaran tahun ini ke Rumah Kakek dan Nenek. Karena kita sudah lama tidak ke Rumah Kakek dan Nenek. Apa kalian setuju?” Ucap Ayah.
“Bunda sih terserah Ayah saja.” Jawab Bunda.
“Assyyiiikk… Ke Rumah Kakek dan Nenek. Aku setuju Yah, karena aku kangen mancing sama Kakek.” Sahut Pratiwi.
“Iya Wi, kakak juga.” Sahut Farid juga.
“Jadi semua setuju, kan?” Tanya Ayah.
“Wah, liburan Lebaran kali ini bakalan seru nih.” Sahut Dino.
“Jadi gak sabaran nih, hehe.” Sahut Rino sambil tertawa kecil.
Paginya mereka semua sekolah, sementara Ayah bekerja di Kantornya dan Bunda di Rumah. Setelah pulang sekolah Dino dan Rino menemui Bundanya.
“Bunda, Assalamu’alaikum.” Salam Dino dan Rino sambil mencium tangan Bunda bergantian.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab Bunda.
“Bunda, aku libur Lebaran dua minggu lho?” Ucap Rino kegirangan.
“Aku juga Bunda.” Sahut Pratiwi yang berada disamping Bunda.
“Kita jadikan Lebaran ke Rumah Kakek dan Nenek kan, Bunda?” Tanya Farid.
“Jadilah, Nak. Kita kan sudah lama tidak ke Rumah Kakek dan Nenek.” Jawab Bunda.
Lebaran sudah beberapa hari lagi. Mereka semua akan mengunjungi Rumah Kakek dan Nenek. Empat jam kemudian, mereka sampai di kota Kakek dan Nenek tinggal. Selama perjalanan mereka mengalami kemacetan yang sangat panjang.
“Kurang berapa lama lagi, Yah?” Tanya Pratiwi kepanasan dimobil.
“Sebentar lagi sampai, Nak.” Jawab Ayah sambil mengemudi.
“Ayah, dari tadi kok banyak penjual durian montok sih? Aku jadi pengen nih.” Tanya Dino Penasaran.
“Mungkin lagi musim durian montok disini.” Jawab Ayah.
“Jadi gak sabar ingin makan durian montok sepuasnya di Rumah Kakek dan Nenek.” Ucap Dino.
Tak beberapa lama kemudian, mereka sampai di Rumah Kakek dan Nenek. Mereka disambut hangat dengan Paman, Bibi, Sepupu dan juga Nenek.
“Assalamu’alaikum.” Salam Ayah sambil berjabat tangan dengan mereka.
“Wa’alaikumsalam.” Jawab mereka.
“Apa kabar kalian?” Tanya Ayah.
“Kita semua baik-baik saja.” Jawab Paman dan Bibi.
“Ayo masuk!” Suruh Nenek.
“Baik.” Jawab Ayah.
“Nek, dimana Kakek?” Tanya Pratiwi penasaran sambil duduk di Ruang Tamu.
“Kakek sedang berkebun, soalnya lagi panen durian.” Jawab Nenek.
“Wah, kebetulan nih. Aku lagi pengen makan durian.” Sahut Dino dari jauh.
“Nek, bisa antarin kita-kita gak!” Suruh Pratiwi sambil menggoyangkan tangan Nenek.
“Kalian diantar Nisa dan Dio saja ya.” Ucap Nenek.
“Baik, Nek.” Jawab Pratiwi kegirangan.
Kemudian mereka diantar Nisa dan Dio ke Kebun. Selama perjalanan mereka banyak melihat pohon durian yang sedang berbuah. Lalu mereka sampai di Kebun.
“Kaakkkeeeekkk……..” Teriak Pratiwi dari jauh.
“Lho, kapan kalian datang kemari?” Tanya kakek keheranan sambil memeluk Pratiwi.
“Barusan saja, Kek.” Jawab Pratiwi bahagia.
“Kakek lagi panen durian montok ya.” Tanya Dino.
“Iya nih. Kalian mau??” Tawar Kakek.
“Mau banget, Kek.” Jawab Dino spontan.
“Kek, aku mau Tanya. Boleh gak kek?” Ucap Rino.
“Tanya apa, Din?” Jawab Kakek.
“Lho Kek, saya Rino bukan Dino.” Ucap Rino kaget.
“Oh, maaf. Kakek lupa, Kakek kan sudah tua. Sulit membedakan kalian berdua.” Jawab Kakek.
“Kenapa durian ini dinamain durian montok?” Tanya Rino.
“Soalnya buahnya besar-besar, enak, nikmat, manis, dan empuk. Kalau kalian makan sebiji saja, kalian pasti kekenyangan.” Jawab Kakek sambil bercanda.
Kemudian mereka semua kembali bersama kakek sambil membawa durian yang habis dipanen Kakek untuk berbuka puasa. Mereka berkumpul diruang tengah dengan menonton televisi sambil menunggu adzan Maghrib.
“Duh… Lama sekali nih Maghrib.” Keluh Dio.
“Iya nih. Lama banget Dio.” Sahut Pratiwi.
“Sebentar sayang, sebentar lagi adzan Maghrib.” Sahut Bunda menenangkan.
“Tuh, adzannya sudah berkumandang.” Ucap Farid sambil menunjuk televisi.
“Alhamdulillah.” Serentak mereka mengucapkan.
“Ayo, mari makan!” Suruh Kakek.
Setelah meminum teh hangat, Kakek mengajak mereka semua ke Masjid yang tak jauh dari rumah. Semua ikut, terkecuali Nenek, Bibi dan juga Bunda. Yang menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Setelah pulang dari Masjid, mereka semua berbuka bersama sambil menonton televisi. Setelah makan, mereka menyantap durian hasil panen tadi.
“Glleeeeeeekkkkkkkkk……” Suara Dino.
“Astaghfirullohaladzim, Dino.” Bentak Bunda.
“Hehe, maaf Bunda, keceplosan.” Ucap Dino sambil bercanda.
“Sudah habis berapa kamu, Din?” Tanya Paman.
“Sudah tiga buah, Paman.” Jawab Dino.
“Wah, wah… Emang gak kenyang?” Tanya Paman.
“Hehe, malah ketagihan, Paman.” Canda Dino.
Idul Fitri telah tiba, Dino semakin banyak memakan durian setiap harinya. Tak terasa libur Lebaran hampir usai. Mereka pulang dari Rumah Kakek dan Nenek dengan membawa oleh-oleh durian montok. Akhirnya mereka pulang dengan selamat.
Paginya sebelum berangkat sekolah, Dino selalu bercermin. Tiba-tiba terdengar jeritan yang sangat keras dari Kamar Dino dan Rino.
“Oh, tidaaaaaaaaaakkkkkkkkk…” Jerit Dino yang sangat keras.
Suara itu menggemparkan seluruh ruangan. Dino kaget dengan tubuhnya yang besar. Yang semula berbadan kecil menjadi besar. Semenjak ia memakan durian berlebihan. Ia mendapat julukan durian montok. Dulu orang sulit membedakan mereka, tapi sekarang sangat mudah dibedakan, Rino si kurus pendiam dan Dino si gendut jail.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar